Suku Wawonii, adalah suatu suku bangsa asli yang
mendiami satu pulau kecil yakni Wawonii sebagai penduduk asli di provinsi
Sulawesi Tenggara. Secara etnografis, Keberadaan Orang Wawonii masih kurang
dikenal orang, disebabkan oleh karena tidak adanya penelitian atau publikasi
yang pernah dilakukan mengenai suku bangsa ini.
Menurut cerita, nenek moyang
Orang Wawonii berasal dari kampung Lasolo dan Soropia (Torete) dan daratan
Buton Utara di kampung Kulisusu. Mereka telah mendiami pulau ini sejak
berabad-abad yang lalu. Tidak jelas benar darimana dan kapan mereka mulai
menempati pulau ini. Yang jelas mereka adalah penduduk asli di Pulau Wawonii,
dan merupakan suatu suku bangsa tersendiri yang memiliki adat istiadat dan
kebudayaan yang berbeda dari suku-suku bangsa lainnya di nusantara.
Satu hal yang unik pada Orang
Wawonii adalah bahwa kendatipun mereka tergolong masyarakat pesisir, mengingat
perkampungan mereka terletak dipinggiran pantai kecuali satu perkampungan yakni
kampung Wawolaa yang berada dipedalaman, namun tingkat keterkaitan mereka
dengan laut sangat rendah. Adalah sangat susah menemukan satu Orang Wawonii
yang menjadi nelayan. Jika kita bandingkan dengan perkampungan pesisir lainnya,
biasanya yang dijemur oleh penduuduk di jalan-jalan atau dihalaman rumah adalah
ikan. Atau bahwa perkampungan pesisir identik dengan bau ikan, jala, dan
berbagai peralatan nelayan lainnya. Tetapi di perkampungan pesisir Orang
wawonii yang dijemur adalah kelapa dan bau yang sangat terasa menusuk hidung
adalah bau kopera. Dipinggiran pantai yang nampak adalah rumah panggang kelapa,
perahu dan kapal-kapal kecil tetapi bukan untuk mencari ikan namun sebagai alat
transportasi untuk mengangkut buah kelapa maupun mengangkut koperasi.
Memang, Kalau Dilihat dari namanya, suku maupun
pulaunya, Wawonii secara etimologis berasal dari kata “Wawo” yang berarti di
atas, dan “nii” yang berarti kelapa. Jadi Wawonii artinya adalah “diatas
kelapa”. Secara factual kenyataannya memang demikian. Pulau kecil tersebut
penuh dengan tanaman kelapa khususnya dipesisir pantainya. Tanaman kelapa
inilah yang menjadi sumber penghidupan utama Orang Wawonii selain berladang
berpindah, mengolah kayu dan merotan.
Suatu kenyataan yang cukup
kontras dengan letak geografis masyarakatnya yang berada dipesisir pantai
adalah susahnya untuk memperoleh ikan atau hasil-hasil laut lainnya bagi
pemenuhan kebutuhan makan sehari-hari. Bahkan untuk kebutuhan yang satu ini,
mereka hanya mengharap dari nelayan/Orang Bajo yang singgah diperkampungan
mereka. Tetapi bila tidak ada yang singgah dalam beberapa hari maka selama itu
pula mereka tidak mengkonsumsi ikan.
Orang Wawonii lebih mengutamakan kopra daripada
menangkap ikan di laut. Karena kopra sudah menjadi semacam tradisi bagi
masyarakat Wawonii. Di perkampungan pesisir Orang wawonii, mereka memanfaatkan
lahan pesisir pantai sebagai tempat untuk menjemur kelapa untuk menghasilkan
kopra serta banyak terdapat rumah panggang kelapa, perahu dan kapal-kapal kecil
tetapi bukan untuk mencari ikan namun sebagai alat transportasi untuk
mengangkut kopra.
Sebagai sumber mata pencaharian utama, tanaman
kelapa merupakan infra struktur ekonomi masyarakat yang sangat vital. Buah
kelapa diolah menjadi kopra lalu kemudian di pasarkan di Kota Kendari dengan
menggunakan perahu layar (kapal) masyarakat setempat. Berladang berpindah juga
dikerjakan oleh Orang Wawonii yang dilakukan dengan membuka hutan dengan sistem
tebang bakar (shifting and burning cultivation). Areal yang dibuka dijadikan
sebagai ladang dengan ditanami tanaman jangka pendek seperti padi, jagung dan
berbagai macam sayur-sayuran. Selain itu, areal perladangan juga ditanami
dengan tanaman jangka panjang yaitu kelapa. Kawasan perladangan ini diolah
untuk 1 (satu) hingga 3 (tiga) kali maksimal musim tanam dan setelah itu pindah
lagi ke lokasi yang baru. Kawasan perladangan masyarakat ini, tidak jauh dari
perkampungan penduduk, tetapi hanya beberapa kilo meter saja yang ditempuh
dengan jalan kaki.
Beberapa kisah yang banyak diketahui tentang orang
Wawonii, adalah bahwa suku bangsa ini identik punya ilmu hitam yang sangat
ampuh, mujarab dan manjur untuk melumpukan orang lain. Sedangkan menurut orang
Wawonii, bahwa ilmu hitam itu hanya dimiliki orang-orang tertentu saja. Saat
ini ilmu hitam sudah sangat jarang digunakan oleh orang Wawonii. Tapi terlepas
dari cerita ilmu hitam tersebut, orang Wawonii adalah orang yang sangat
ramah dan terbuka, baik dalam pergaulan sesama mereka maupun dengan orang luar.
Mata pencaharian orang Wawonii adalah pada bidang pertanian. Mereka menanam padi padi, jagung, dan kacang hijau, maupun tanaman perkebunan seperti kelapa, cengkeh, jambu mete, kakao, pala, dan pisang. Tanaman kelapa menjadi sumber penghidupan utama Orang Wawonii selain berladang berpindah, mengolah kayu dan merotan. Buah kelapa diolah menjadi kopra dan hasilnya dijual di kota Kendari dengan menggunakan perahu layar (kapal) masyarakat setempat.
Sedangkan mengolah kayu dan
merotan hanya dilakukan oleh sebagian kecil penduduk dan umumnya hanya
dibutuhkan untuk kepentingan pembuatan rumah masyarakat. Untuk mengelola dalam
jumlah yang besar, Orang Wawonii tidak pernah melakukannya. Hal ini lebih dikarenakan
oleh tingkat ketergantungan mereka terhadap tanaman kelapa yang sangat tinggi.
Sebagai contoh, kegiatan merotan hanya dilakukan oleh Orang Wawonii dikampung
Tekonea dan Polara, itupun hanya pada masa-masa senggang apabila telah memanen
kelapanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar