Siang itu saya bersama Jafar, menyusuri perkampungan di tengah kota Wangiwangi yang gersang. Ia menemani saya untuk melihat-lihat beberapa tempat yang merupakan sisi lain dari kepulauan tukang besi, Wakatobi.
Jafar seolah tak percaya menyaksikan tanaman singkong tumbuh subur di daerahnya. Pria dua anak ini juga terkagum-kagum melihat gemuknya tanaman keladi tumbuh di sepanjang jalan kecil menuju Desa Waha, Kecamatan Wangi-wangi.
Jafar adalah putra asli Wakatobi. Namun Ia baru sadar daerahnya memiliki potensi lain. Dibenaknya, selama ini, Ia selalu mengidentikkan daerahnya dengan laut dan laut. Adalah sesuatu yang wajar, karena secara geografis wilayah Wakatobi adalah lautan. Bahkan pemerintah wakatobi sendiri telah mencanangkan visi misi daerah yang mengandalkan sektor bahari dan pariwisata sebagai sektor andalan daerah.
Memang banyak yang tak sadar, bahkan masyarakat asli Wakatobi sendiri, jika daerah ini memiliki potensi pertanian yang lumayan besar. Saya sendiri agak penasaran dengan potensi lain daerah ini. Terlebih setelah membaca data pusat statistik, bahwa, dari seluruh lahan yang ada di Kabupaten Wakatobi, 37 persen digunakan untuk usaha pertanian yaitu untuk ladang, tambak, kolam, lahan untuk tanaman kayu-kayuan/hutan rakyat, dan perkebunan rakyat.
Usaha-usaha inilah yang menyumbang energy makanan bagi masyarakat di pulau tersebut. Setidaknya, terdapat banyak tanaman untuk bahan makanan yang diusahakan masyarakat, seperti tanaman padi ladang, jagung, singkong alias ubi kayu, ubi jalar, dan kacang tanah. Nah, dari lima jenis tanaman bahan makanan yang diusahakan di Kabupaten Wakatobi, tanaman singkong merupakan tanaman yang paling tinggi produksinya. Tak heran banyak sekali makanan tradisional Wakatobi berbahan tanaman singkong, seperti makanan kasuami.
Sejak lama saya sudah mendengar adanya tradisi menanam singkong di atas karang. Saya penasaran ingin mengetahui seperti apa resep rahasia petani di sana. Siang itu saya mendatangi salah satu petani singkong di Kelurahan Wanci. Beliau adalah pak La Ode Une. Baginya, menanam apa saja di tanah wakatobi haruslah dengan perlakuan khusus. Termasuk tanaman singkong.
Tanaman singkong di kebun yang penuh dengan batu karang wakatobi. photo:josshasrul |
Ya, kondisi daerah yang dipenuhi karang membuat para petani wakatobi harus memberi perlakuan khusus pada semua jenis tanaman mereka. “Kedalaman tanah tidak lebih dari sepuluh sentimeter, selebihnya adalah batu karang,”katanya. Karena itu, lanjut Laode Une diperlukan tehnik menanam singkong yang baik.
Pertama, warga harus menggali lubang di tanah dengan alat seperti paku besar, kemudian batang singkong yang sudah disiapkan ditancapkan ke tanah. Batang yang sudah ditanami kemudian ditutup dengan rumput atas dahan kelapa yang kering. Ini dimaksudkan agar rumput atau dahan kelapa bisa hancur dan menjadi humus bagi tanah.
Tak hanya singkong, sejumlah tanaman penyerap air seperti keladi juga dapat tumbuh subur, “Sekali lagi tanaman-tanaman ini harus dengan perlakuan khusus, dan tentu saja tanpa pupuk kimia,”kata Jafar.
Demikian pula untuk produksi tanaman buah-buahan masih banyak kita temukan di daerah ini, misalnya saja buah alpokat, belimbing, duku/langsat, jambu biji, jambu air, jeruk, mangga, nangka/Cempedak, nenas, pepaya, pisang, sirsak dan sukun, serta buah kelapa. Kabupaten ini juga banyak menghasilkan produk sayur-sayuran seperti terdiri dari bawang merah, kacang merah, kacang panjang, cabe/lombok, tomat, terung, ketimun, labu, kangkung, bayam dan semangka. Sesuatu yang sulit dipercaya dengan melihat fakta kondisi topografi wilayah yang dipenuhi karang.
Demikian pula untuk produksi tanaman buah-buahan masih banyak kita temukan di daerah ini, misalnya saja buah alpokat, belimbing, duku/langsat, jambu biji, jambu air, jeruk, mangga, nangka/Cempedak, nenas, pepaya, pisang, sirsak dan sukun, serta buah kelapa. Kabupaten ini juga banyak menghasilkan produk sayur-sayuran seperti terdiri dari bawang merah, kacang merah, kacang panjang, cabe/lombok, tomat, terung, ketimun, labu, kangkung, bayam dan semangka. Sesuatu yang sulit dipercaya dengan melihat fakta kondisi topografi wilayah yang dipenuhi karang.
Sektor perkebunan wakatobi juga tak kalah menariknya. Setidaknya ada 12 jenis komoditas unggulan dari kabupaten ini, seprti komiditi Aren/Enau, Asam Jawa, Cengkeh, Jambu Mete, Coklat/Kakao, Kapuk, Kelapa Dalam, Kelapa Hibrida, Kemiri, Kopi, Lada dan Pala.
Kabupaten Wakatobi sebelumnya merupakan bagian dari wilayah pemerintahan Kabupaten Buton. Pada Tahun 2003 wilayah ini resmi berdiri menjadi sebuah daerah otonom, dengan Wangi-Wangi sebagai ibukotanya. Wilayah Kabupaten Wakatobi pada tahun 2008 terdiri atas 8 kecamatan, antara lain: Kecamatan Wangi-Wangi, Kecamatan Wangi-Wangi Selatan, Kecamatan Kaledupa, Kecamatan Kaledupa Selatan, Kecamatan Tomia, Kecamatan Tomia Timur, Kecamatan Binongko dan Kecamatan Togo Binongko. (Joss)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar