Rabu, 25 September 2013

Pulau Labengki, Raja Ampat-nya Sulawesi Tenggara

Pulau Labengki nan eksotik (Foto: Ahmad Nizar/Sindo TV)
MUNGKIN nama Raja Ampat tidak asing lagi bagi wisatawan Nusantara, bahkan dunia. Semua perhatian kemudian tertuju pada wilayah timur Indonesia, yaitu papua. Siapa sangka, di Sulawesi Tenggara juga terdapat gugusan pulau karang yang berderet hingga menjadi gugusan pulau karang besar dan kecil, yang diberi nama Pulau Labengki.

Pulau Labengki masuk dalam wilayah administratif Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara. Banyak yang bilang Pulau Labengki mirip Raja Ampat, alias Raja Ampat-nya Sulawesi Tenggara. Hal ini cukup berdasar karena di Pulau Labengki berdiri sejumlah gugusan pulau karang besar dan kecil sehingga dipetakan menjadi Pulau Labengki besar dan Pulau Labengki kecil.

Selain memiliki puluhan titik penyelaman yang cukup berkelas, lokasi ini juga menjadi penempatan salah satu spesies kima terbesar di dunia, yaitu Kimabo. Ukuran kima-nya mencapai 50cm dan tercatat sebagai kima terbesar kedua di dunia. Lokasi ini juga dijadikan pusat penelitian spesies kima oleh para akademisi dan ilmuwan kelautan karena terdapat penangkaran sejumlah spesies kima oleh tim konservasi kima toli-toli.

Pulau Labengki, selain memiliki pemandangan alam yang eksotik, para pengunjung atau wisatawan bisa bermain-main atau berinteraksi langsung dengan ribuan lobster sambil memberi makan atau sekadar berfoto underwater.

“Pulau Labengki akan menjadi diestinasi wisata berkelas dunia seperti Raja Ampat jika bisa dikemas dengan baik, mulai dari promosi hingga infrastrukturnya,“ kata Habib, Ketua Tim Konservasi Kima Toli-Toli yang telah lama berkiprah di daerah ini.

Pulau Labengki bisa dijangkau dengan perjalanan dari berbagai rute. Salah satunya, jika beranjak dari Kota Kendari, Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara, Anda bisa melalui jalan darat sekitar 1 jam menuju daerah Toli-Toli Kabupaten Konawe. Dari Toli-Toli, lanjutkan perjalanan dengan kapal kurang lebih tiga jam perjalanan untuk tiba di Pulau Labengki. 

http://travel.okezone.com/read/2013/09/24/408/871183/pulau-labengki-raja-ampat-nya-sulawesi-tenggara

Minggu, 25 Agustus 2013

Kejurda Kempo Sultra, Kota Kendari Juara Umum

Kendari – Pelaksanaan selama 3 hari (23-25/8) Kejuaran Kempo Daerah Sulawesi Tenggara, telah berakhir dengan keluarnya Kota Kendari sebagai Juara Umum, disusul Kabupaten Muna, Kabupaten Buton, Kabupaten Wakatobi dan Kabupaten Bau-bau.
Kejuaran daerah ini merupakan salah satu bentuk pembinaan Kempo di Sulawesi Tenggara, “ kejuaraan ini selain bentuk pembinaan, juga untuk persiapan Porda yang akan diselenggarakan di Kabupaten Buton Utara tahun depan,” ujar Drs, Andi Nur Lappe selaku ketua panitia kejurda kali ini, kejuaraan mempertandingkan kelas Randori (perkelahian bebas) dimulai dari kelas 55 kg sampai dengan kelas 70 kg dan Embu (keindahan gerak), baik putra maupun putrid.
Peserta yang ikut berpartisipasi kali ini sebanyak 120 peserta, dari 12 Kabupaten/Kota Sulawesi Tenggara, minus Kabupaten Kolaka Utara “ untuk Kabupaten Kolut belum bisa ikut dikarenakan organisasinya belum dilantik, dan diharapkan segera sebelum Porda nanti,” ujar Drs, Mustakhuddin M.Pd, pengurus teras Persatuan Kempo Indonesia  Sultra yang juga angkatan murid pertama Kempo di Sultra.
Sejarah kempo sendiri di Sulawesi tenggara di mulai ketika tahun 1977 Impai Herman Arere Putra Kendari yang sekolah di salatiga pulang, sejak itu perekrutan murid dimulai termasuk murid awalnya Drs, Mustkhauddin M.Pd, sejak itu perkembangan Kempo di Sulawesi Tenggara di mulai, dan hingga sekarang setiap sekolah-sekolah maupun organisasi memiliki dojo (perguruan) Kempo.
Menurut Andi Nur, awalnya keberadaan Kempo bukan hanya tersebar di sekolah dan jajaran pemda, namun juga di Satpol dan instansi-instansi militer, “ saat ini kempo di instansi militer hanya berupa beladiri masing-masing kesatuan, namun jalinan silaturahmi tetap berjalan,” ujar Andi Nur, perjalanan murid-murid Kempo di berbagai kejuaraan cukup membanggakan, selain meraih Emas, perak dan perunggu pada PON, pernah juga meraih medali perak di kejuaraan Sea Games 2008 di Hanoy Thailand. (@jal_zz)

Sabtu, 24 Agustus 2013

Mari Elka: Wisata Pulau Buton Menarik & Lengkap

Mari Elka saat menerima gelar Waode di Buton, Sulawesi Tenggara (Foto: Mutya/Okezone)
BUTON - Seperti halnya destinasi lain di Indonesia bagian timur dan tengah, Pulau Buton di Sulawesi Tenggara terkenal dengan pantai-pantainya yang indah. Namun, bukan hanya itu yang dapat Anda lihat di Buton.

Sesungguhnya, Pulau Buton adalah destinasi wisata yang lengkap. Pengakuan tersebut bahkan terucap juga oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu yang mengunjungi Buton, belum lama ini.

"Buton ini memang terkenal dengan terutama wisata baharinya, dengan marine biodiversity yang sudah sangat terkenal," ujar Mari saat jumpa pers di Bau-Bau, belum lama ini.

"Di Buton juga ada benteng besar yang merupakan bagian dari kesultanan. Ini bisa jadi wisata sejarah," tambahnya.

Selain itu, ada daya tarik wisata lain, seperti budaya dan kuliner. Etnis Buton pun menarik untuk dipelajari karena ada percampuran dari etnis Tiongkok.

"Semua ini bisa menjadi cerita yang menarik untuk dipromosikan pada wisatawan. Pokoknya, Buton itu lengkap," tukas Mari.

Dalam kunjungan pertama ke Buton, Mari menghadiri Pesta Adat Wabula di Pasarwajo, Bau-Bau. Dia melihat pertunjukan tari dan adat unik, seperti Pedole-dole, acara memandikan seribu balita dan Pekande-Kandea.

"Acara ini bukan hanya pesta rakyat, tapi juga bisa mengangkat pariwisata," ujar Mari.

Dia bahkan berjanji akan kembali lagi ke pulau ini karena tertarik dengan keragaman atraksi wisatanya, termasuk untuk diving. "Terutama kembali lagi untuk menyelam," tutupnya.

Kamis, 22 Agustus 2013

Tak Hanya Aspal, Buton Punya Benteng Terbesar di Indonesia

Mari dalam konferensi pers Festival Buton di Bandara Bau-bau (Shafa/detikTravel)
Bau-bau - Sedari dulu, Buton terkenal dengan penghasil aspal. Padahal, kabupaten di Sulawesi Tenggara ini kaya akan wisata bahari, sejarah dan kebudayaan. Bahkan, benteng terbesar di Indonesia ada di sana.

"Mungkin banyak orang yang tahu Buton, tapi belum banyak yang terlalu kenal," ujar Menparekraf Mari Elka Pangestu dalam acara jumpa pers di Bandara Bau-bau, Sulawesi Tenggara, Rabu (21/8/2013).

Salah satu objek wisata yang sangat terkenal di sana adalah Benteng Keraton. Benteng yang tercatat MURI sebagai Benteng Terbesar di Indonesia ini tak pernah kesepian pengunjung.

"Bentengnya cantik sekali, temboknya keren," kata Mari.

Sulawesi Tenggara (Sultra) punya potensi wisata yang sangat besar, salah satunya, menurut Mari, Buton. Ada banyak titik wisata bahari yang bisa diolah. 3 Wisata bahari di sini yang utama adalah diving, snorkeling dan pesiar.

Selain wisata bahari tersebut, ada juga wisata kebudayaan dan sejarah. "Latar belakang sejarah yang unik dan beragam inilah yang membuat menarik," lanjut Mari.

Rencananya, Menparekraf akan menghubungkan wisata bahari di pulau sekitar. Seperti saat wisatawan melancong ke Wakatobi atau Bunaken, bisa menambahkan Buton ke dalam itinerary.

"Liburan jadi menarik jika beragam, jadi setelah puas menyelam, bisa menengok wisata sejarah dan budaya di sini," tutup Mari.

Minggu, 18 Agustus 2013

Adelana jadi Pembawa Baki, Kepsek Banjir Pujian

Presiden SBY yang bertindak sebagai Inspektur Upacara pada Upacara Peringatan Detik-detik Proklamasi, Sabtu (17/8) menyerahkan duplikat Bendera Pusaka kepada Adelana Tesalonika R dari SMA 4 Kendari, Sulawesi Tenggara untuk dikibarkan oleh pasukan Pengibar Bendera Pusaka. Foto: Cahyo
JAKARTA - Kepala SMA Negeri 4 Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), Tryanto mengaku bangga dengan Adelana Tesalonika Riswantyo. Anak didiknya itu berhasil menyelesaikan tugasnya sebagai pembawa baki duplikat Bendera Pusaka pada  Upacara Peringatan Detik-detik Proklamasi dalam rangka Hari Ulang Tahun ke-68 Kemerdekaan Republik Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, Sabtu (17/8).

"Ini kebanggaan yang luar biasa. Bisa menyempurnakan tugasnya. Dia (Adelana) memang siswi yang beprestasi di sekolah, sehingga lolos di tingkat nasional, masuk di kelompok delapan dan pasukan inti," kata Tryanto kepada JPNN di Jakarta, Sabtu (17/8).

Usai penaikan bendera di Istana, Tryanto mendapatkan ucapan selama dan pujian. Pujian itu datang dari koleganya setelah melihat siswi kelahiran 9 Juni 1997 di televisi yang disiarkan live.

"Saya banyak mendapat SMS (Short Message Service). Mereka mengucapkan selamat," katanya.

Tryanto berharap prestasi yang ditorehkan Adelana di tingkat nasional ini memompa semangat siswa lainnya. Sebab, untuk bisa masuk pasukan inti pada Paskibraka butuh kemampuan dan mental.

Dea -sapaan akrab Adelana Tesalonika Riswantyo- didampingi Mohammad Rayhan Akbar asal Jawa Barat dan Gilbert Karamoy asal Sulawesi Utara yang masing-masing bertindak sebagai pengerek dan pembentang bendera. Sementara komandan Upacara 17 Agustus kali ini dipercayakan kepada Kolonel Penerbang Ronald Lucas Siregar. (awa/jpnn)

Rabu, 07 Agustus 2013

'Baju Cakar' Pilihan Berlebaran Warga di Kendari

Tempo/Tony Hartawan
TEMPO.COKendari - Tak ada rotan akar pun jadi. Ya begitulah cara warga kota menyiasati harga berbagai kebutuhan hidup yang terus melambung tinggi, termasuk pakaian, tak menghalangi warga di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, untuk merayakan lebaran dengan meriah.

Tak bisa berlebaran dengan baju baru, pakaian bekas yang akrab dikenal dengan "cakar" atau Cap Karung pun jadi pilihan untuk menyiasati keadaan. Tak heran jika beberapa pusat penjualan pakaian bekas Kendari jelang Lebaran disesaki warga yang berbelanja beragam kebutuhan pakaian seperti baju, celana, sepatu, sandal, dan pakaian lainnya.

Misalnya pusat penjualan pakaian bekas di Pasar Panjang, Wua-Wua . Pasar loak ini menjadi salah satu alternatif warga untuk berbelanja beragam kebutuhan hidup seperti pakaian, sepatu, sandal dan tas menjelang Lebaran.

Muhlis, salah satu warga Kendari mengaku, memilih berbelanja pakaian bekas untuk kebutuhan Lebaran karena harganya jauh lebih murah dibanding baju baru. Di pasar cakar ini, Muhlis membeli membeli baju koko, celana, dan pakaian lainnya.

"Kualitasnya barang bermerek jadi salah satu alasan saya memilih cakar untuk kebutuhan pakaian Lebaran. Di sini ada beragam kebutuhan, termasuk baju koko dan kopiah bisa dibeli dengan harga murah," kata Muhlis.

Muhlis mengaku hanya dengan membawa uang Rp 300.000, ia sudah bisa berbelanja kebutuhan pakaian untuk dirinya dan anak-anaknya.

Sejumlah pedagang pakaian bekas di lokasi ini pun mengaku panen untung hingga 70 persen lebih dibanding hari biasa. Linda , salah satu pedagang "cakar" di lokasi ini mengatakan, lonjakan permintaan "cakar" atau pakaian bekas anak-anak, remaja dan dewasa terjadi sejak dua pekan menjelang Lebaran. Pembelinya pun menurut Linda bukan hanya dai kalangan warga biasa saja namun banyak juga dari kalangan orang mampu alias berduit .

"Saya lihat ada yang datang bawa mobil mewah ekhh taunya cari juga pakain bekas. Mereka suka cari yang merek terkenal kalau beruntung bisa dapat," terangnya.

Lanjut Linda untuk berbelanja pakaian bekas pembeli sebaiknya benar-benar teliti, setiap sela pakaian harus di cermati. Hal ini untuk menghindari saat membeli pakaian robek atau usang. "Maklum namanya saja kan pakain bekas kalau tidak cermat nanti malah salah membeli dan yang ada pakaian yang dipilih malah ada yang robek," Paparnya.

Di Kota Kendari pusat penjulan "cakar" yang tergolong lengkap dengan beragam pilihan pakaian seperti sepatu dan sandal bermerek, aneka tas, baju, celana, mainan anak-anak, sampai dasi berkelas antara lain dijual di lokasi Pasar Kota, Pasar Lawata, Pasar Panjang Wua-wua, dan Pasar Talia.

Para pedagang "cakar" memperkirakan lonjakan permintaan pakaian bekas masih akan terus berlangsung hingga H -1 Lebaran. Untuk menghadapi tingginya permintaan pakaian bekas, sejumlah pedagang memasok belasan bahkan puluhan bal "cakar" untuk memenuhi permintaan warga menjelang Lebaran.

Rosniawanty Fikry

1.700 Polisi Amankan Arus Mudik di Sultra

KENDARI, KOMPAS.com – Sebanyak 1.700 personel dari kepolisian daerah Sulawesi Tenggara (Sultra) diturunkan menjelang perayaan Hari Raya Idul Fitri 1434 Hijriah. Ribuan anggota polisi tersebut akan melakukan pengamanan arus mudik mulai H-7 sampai H+8 dalam “Operasi Ketupat”. 

Menurut Kabid Humas Polda Sultra, AKBP Abdul Karim Samandi, anggota polisi akan ditempatkan di titik yang dianggap rawan, termasuk di tempat berkumpulnya masyarakat. “Pengamanan di jalan poros lintas kabupaten dan provinsi yang akan dilalui para pemudik, terminal, pelabuhan penyeberangan, bandara,” ungkapnya usai gelar pasukan di eks MTQ, Kendari, Kamis (1/8/2013). 

Selain itu, kata Karim, polisi juga memusatkan perhatian pada pengamanan pusat perbelanjaan, rumah-rumah yang ditinggalkan mudik oleh penghuninya dan obyek wisata. 

Dalam pengamanan terpadu itu, lanjut Karim, Polda Sultra mendirikan 60 pos. “Pos itu sebagai tempat pengaduan masyarakat atau pemudik yang mengalami hambatan di jalan,” terang Karim.