Kamis, 26 April 2012

Tentramnya Kehidupan 'Kampung Terapung' Sungai Lanowulu

Para nelayan yg sedang mencari ikan dan udang di Rawa Aopa
(Sumber: tnrawku.wordpress.com)
Kehidupan masyarakat di muara Sungai Lanowulu, Sulawesi Tenggara sangatlah unik. Masyarakat setempat membuat peradaban di atas sungai. Sangat kontras dengan hiruk pikuk kehidupan perkotaan.

Taman Nasional Rawa Aopa di Sulawesi Tenggara menyimpan banyak keunikan. Selain alamnya yang masih sangat terjaga, taman nasional ini juga punya perkampungan nelayan.

Perkampungan Lanowulu yang tenang (Kak Nunuk/ACI)
Suasana Kampung Nelayan Lanowulu bila dilihat dari perahu
(Kak Nunuk/ACI)
Sekilas kehidupan nelayan di perkampungan ini tidak ada yang aneh. Setiap harinya mereka berburu ikan-ikan yang tinggal di Sungai Lanowulu. Namun, bila terus masuk hingga sampai di perkampungannya barulah Anda tahu mengapa kehidupan masyarakat ini dikatakan unik. Menuju perkampungan nelayan di muara Sungai Lanowulu, Kabupaten Konowe Selatan, Sulteng ini butuh waktu setengah jam. Hutan bakau menjadi tonggak puluhan bangunan yang ada di atasnya. Ya, rumah para nelayan ini berada di atas permukaan air.

Untuk yang baru pertama kali ke perkampungan ini pasti merasa ngeri. Rumah-rumah ini seluruhnya terbuat dari batang pohon bakau. Sampai-sampai alas untuk menjejekan kaki juga terbentuk dari susunan batang bakau. Ngeri, takut kepleset, dan tercebur itu sudah pasti. Tapi tenang saja, kalau Anda berjalan dengan hati-hati hal tersebut tidak akan terjadi. 
Terlihat masyarakat kampung yang sedang mengarungi Sungai lanowulu
menggunakan ketinting atau perahu
(Kak Nunuk/ACI)
Kehidupan yang selaras dan menyatu dengan alam sangat terasa di sini. Sejauh kaki melangkah mengelilingi kampung, Anda akan melihat rumput laut yang dibiarkan mengampar di jalan. Tawa anak-anak kampung ini senantiasa menemani Anda saat berada di sini. Sesuai dengan namanya, perkampungan yang didiami oleh 24 kepala keluarga ini memiliki mata pencarian sebagai nelayan.

Rata-rata dari mereka merupakan suku Bugis asli. Mencari ikan, udang, dan kepiting bakau. Dalam kesehariannya mereka berburu menggunakan peralatan yang tradisional dan tidak merusak lingkungan, seperti bubu dan togo. Bubu berbentuk seperti keranjang, sementara togo serupa jaring yang dilempar ke laut.

Terlepas dari kehidupannya yang unik, alam sekitar perkampungan nelayan ini juga tak kalah menarik. Ikut bersama nelayang mencari ikan ke Rawa Aopa bisa jadi hal yang menyenangkan dan tak kan terlupakan. Ketinting, perahu khas masyarakat setempat siap membawa Anda ke tengah Rawa Aopa. Rawa seluas 15.000 hektar ini memberikan beragam panorama alami yang cantik. Kemegahan Gunung Mukaleleo terlihat jelas. Pemandangan yang sangat kontras dengan rawa yang dipenuhi oleh tanaman pandan.

Kicauan serta aktivitas burung-burung penghuni rawa menjadi teman selama perjalanan. Ada Elang Bondol yang berburu mangsa, gerombolan belibis kembang, juga cangak abu yang bersembunyi di antara tanaman pandan.

Wow, sungguh menakjubkan kehidupan alam di tenggara Sulawesi ini. Alam, hewan, tanaman, serta masyarakatnya hidup berdampingan. Tidak ada yang merusak satu sama lain, semuanya saling menjaga keserasian alam yang telah diciptakan Sang Kuasa. 

Jumat, 20 April 2012

Jamuan Khas Sultra (Kendari)

----Sinonggi----

Sinonggi ini makanan khas dari Propinsi Sulawesi Tenggara (kendari) yang terbuat dari Sagu. Kebetulan lagi papaku berasal dari Kendari, tapi aku juga ga doyan sama sinonggi :((

Dulu Sinonggi ini menjadi makanan sehari-hari masyarakat Kendari, tapi sekarang hanya sesekali atau disajikan pada saat acara-acara besar, acara adat atau acara keluarga.

Cara Penyajiannya yaitu sagu dicampur dengan air panas yang sebelumnya telah di didihkan, lalu diaduk sampai menjadi seperti lem, cara mengaduknya pun harus benar dan kuat, terkadang sinonggi jadi kurang bagus, apabila airnya tidak mendidih dan cara mengaduknya tidak rata.

Sinonggi disajikan dengan kuah sayur atau kuah ikan, pertama-tama kuah sayur/ikan dituangkan ke dalam piring secukupnya, barulah sinonggi di taruh dipiring tersebut (jadi sinonggi tidak lengket pada piring), kemudian dipotong bulat-bulat agar lebih mudah memakannya, agar lebih nikmat bisa dikombinasikan dengan ikan2 segar dan sambal.

Ini yang penting, cara memakan Sinonggi tidak perlu dikunyah seperti kita memakan nasi, jadi langsung ditelan!!!

#Selamat Menikmati#

lapa-lapa: kuliner khas dari buton sulawesi tenggara


Indonesia  sangat kaya akan kuliner yang ajib dan mak nyus, di setiap daerah pasti mempunyai kuliner khas masing-masing walaupun biasanya ada yang sedikit mirip tetapi soal rasa pasti berbeda dan pastinya semua enak.kali ini kita coba angkat kuliner khas dari buton sulawesi tenggara, makanan itu adalah lapa-lapa mempunyai rasa yang guri dan enak, apalagi dikonsumsi dengan ikan kaholeonarore (ikan asin) semakin menambah selerah makan.

kuliner ini jika di jawa mungkin lebih di kenal dengan lepet / lepat,tetapai cara memasak lapa-lapa berbeda dengan lepet/ lepat karena jika lapa-lapa berasnya dimasak bersama-sama santan, sampai setengah matang lalu diangkat. Kemudian didinginkan, dan selanjutnya dibungkus dengan bale (janur). Setelah itu direbus kembali sampai matang. Supaya rasanya lebih guri, lapa-lapanya dikukus agak lama.

kesamaan lapa-lapa dan lepet mungkin sama-sama mudah di temukan saat lebaran tiba karena lapa-lapa seperti menjadi menu wajib bagi setiap orang di buton saat datangnya lebaran sama seperti lepet yang jadi menu wajib selain ketupat tentunya.



http://www.duniakuliner.info/2011/06/lapa-lapa.html

Kota Kendari Punya Dua Pasar Tertib Ukur


INILAH.COM, Kendari - Kota Kendari memiliki dua pasar tertib ukur. Kedua pasar tersebut yakni, Pasar Andounohu dan Pasar Lapulu.

Hal ini diungkapkan Kabid Perdagangan, Disperindagkop, Kota Kendari, Abdul Sukur, kepada Media Sultra, Rabu (18/4/2012) di ruang kerjanya.
“Dinobatkannya dua pasar ini sebagai pasar tertib ukur, berdasarkan hasil penilaian UPTD Metrologi Sultra. Dari hasil verifikasi, bahwa kedua pasar ini merupakan pasar yang tertib timbangan, sangat kecil sekali kemungkinan terjadinya kecurangan. Olehnya itu kementrian perdagangan menobatkan dua pasar tersebut sebagai pasar tertib ukur, pada akhir 2011 kemarin, ” akunya.

Dikatakan, tertib ukur karena kedua pasar ini dalam mengukur, menimbang dal lainnya sangat tertib, tidak ada timbangan yang dikurangi.
“Karena tertibnya pedagang dalam mengukur sesuai dengan aturan yang ada, apakah itu daging yang dikilokan, ataupun bahan-bahan pokok lainnya, membuat proses jual beli berjalan dengan lancar, ” jelasnya.

Dengan diberikanya reward yang masih berupa sertifikat, pihaknya berkomimen, kedepannya reward yang diberikan dirasakan langsung oleh pedagang.
“Kemungkinan kita akan mengusulkan, bagaimana dengan mengganti timbangan pedagang yang mungkin sudah rusak atau mulai rusak di kedua pasar itu. Hal ini sudah kami pikirkan, dan akan mengajukan ke pusat, ” bebernya.

Pihaknya juga akan membuka ruangan pos ukur ulang di kedua PD tersebut, serta berkoordinasi dengan PD. Pasar kedua pasar. Ini dimaksudkan, agar cmemudahkan pengawasan baik timbangan maupun harga.

Selain itu pihak disperindag, khususnya bagian perdagangan akan mendapatkan satu unit mobil pengawasan yang dijdwalkan semester dua mendatang. Mobil pengawasan tersebut berfungsi untuk mengawasi khususnya tera ulang timbangan, dan dilengkapi dengan perlengkapan metrology. [gus]

Kamis, 19 April 2012

Objek Wisata Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara

PANTAI NIRWANA
PANTAI NIRWANA
Berjarak 11 km dari pusat Kota Bau-Bau dan biasanya ditempuh melalui jalur transportasi darat. Pantai ini memiliki hamparan pasir putih sejauh 1 km dan menyuguhkan panorama sunset nan indah. Pada bagian lain terdapat lekukan batu karang berbentuk gua yang dapat dimanfaatkan sebagai tempat peristirahatan. Selain itu, kondisi ombak yang relatif tenang dapat dimanfaatkan untuk bersampan, memancing, sky air, menyelam (diving), volley pantai, dan olahraga air lainnya.Di lokasi ini telah pula dilengkapi dengan beberapa buah gazebo, kamar ganti dan rumah peristrahatan serta pedagang minuman ringan.

PANTAI LAKEBA
PANTAI LAKEBA
Berjarak sekitar 7 km dari pusat Kota Bau-Bau ditempuh melalui transportasi darat. Pantai ini sangat baik untuk berjemur pada waktu siang, berenang, menyelam serta menikmati indahnya matahari terbenam. Selain sebagai objek wisata, pantai ini juga menjadi tempat aktivitas nelayan pada saat akan melaut.



PERMANDIAN ALAM BUNGI
PERMANDIAN ALAM BUNGI
Berjarak sekitar 8 km dari pusat Kota Bau-Bau yang dapat ditempuh melalui jalur transportasi darat dan laut. Air terjun bertingkat yang sejuk dibawah kerindangan pohon yang cukup rindang. Dibeberapa bagian terdapat areal permandian yang cukup luas untuk berenang dengan kedalaman 1 sampai 4 meter.





TIRTA RIMBA
TIRTA RIMBA
Terletak 6 km sebelah barat pusat Kota Bau-Bau di Kelurahan Lakologou Kecamatan Wolio. Air terjun ini berada dalam kawasan hutan lindung merupakan daya tarik natural tersendiri.








SAMPARONA
SAMPARONA
Terletak di Kecamatan Sorawolio, 13 km dari pusat Kota Bau-Bau. Ditempuh sekitar 7 km dari tepi jalan poros Bau-Bau - Pasarwajo dengan berjalan kaki menelusuri jalan setapak melewati sawah dan kebun penduduk serta hutan tropis yang cukup lebat. Air terjun dengan ketinggian hampir seratus meter ini cukup dengan debit air yang selalu besar mampu menghilangka rasa letih setelah berjalan jauh . Bagi mereka yang menggemari wisata petualang ini jelas suatu tantangan yang menawan.






LAGAWUNA
LAGAWUNA
Objek wisata ini terletak di Kelurahan Karya Baru Kecamatan Sorawolio 24 KM dari pusat Kota Bau-Bau yang dapat ditempuh dengan kendaraan darat. Air Terjun Lagawuna menyuguhkan keindahan alam dan sejuknya hutan pinus dan kicauan berbagai jenis burung.






GUA LAKASA
GUA LAKASA
Gua ini merupakan objek wisata alam yang terletak 10 km dari pusat kota dapat ditempuh dengan transportasi darat, sejauh 1 km dari jalan poros Kelurahan Sula Kecamatan Betoambari. Gua dengan kedalaman 120 meter menyuguhkan keindahan batu stalakmit dan stalaktik juga terdapat sumber air didalamnya.





Untuk Keterrangan lebih lanjut silahkan Kunjugi www.baubau.go.id terdapat fotot tempat wisata.

Kakao, Nesstle Investasi USD 200 Juta untuk Bangun Pabrik


KENDARINEWS - JAKARTA, Nesttle SA, sebuah perusahaan asal Swiss, bakal berinvestasi senilai USD 200 juta untuk mendirikan pabrik kakao di Indonesia. Rencana Nesttle untuk investasi di dalam negeri harus mendapat dukungan dari pemerintah, karena akan membuka lapangan kerja baru. Selain itu, diprediksi beberapa tahun ke depan pasarnya akan sangat besar.
”Apabila investor lainnya juga ingin investasi seperti yang dilakukan Nesttle, maka pasar kakao di dalam negeri akan tumbuh besar,” kata Ketua Umum Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo), Zulhefi Sikumbang di Jakarta, Jumat (7/10) lalu.
Kakao
Ia mengatakan, pasar kakao di Indonesia akan tumbuh signifikan dengan masuknya sejumlah investor asing ke industri tersebut, selain pasar yang besar juga didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang tinggi. “Kami optimis industri kakao akan kembali berkembang, karena sejumlah produsen kakao di dalam negeri cenderung mati suri,” katanya.
   
Nesttle sebelumnya mendirikan pabrik kakao di Malaysia, namun pasarnya dinilai kecil, sehingga sulit berkembang, karena itu berusaha untuk melebarkan sayapnya dengan masuk ke pasar Indonesia. Produk kakao dari Malaysia pada umumnya diekspor ke Indonesia seperti Milo (susu bubuk coklat). Pasar kakao Indonesia yang besar itu menarik Nesttle untuk melakukan ekspansi usaha di Asia khususnya di Indonesia, karena jumlah penduduknya yang besar.
   
Meski saat ini produksi kakao Indonesia merosot hampir 50 persen, akibatnya banyak petani kakao yang mengalihkan kegiatannya ke karet dan kelapa sawit. “Kalau menanam kakao banyak menemui kesulitan karena banyak penyakit, apalagi saat ini iklim tak menentu, dibanding menanam karet, jagung dan kelapa sawit,” jelasnya.
   
Lantaran para petani harus mendapat penyuluhan dan pemerintah juga harus giat melakukan promosi agar investor asing lebih aktif melakukan ekspansi di pasar domestik. Konsumsi kakao di dalam negeri sekitar 200 ribu ton per tahun, namun kapasitas yang ada baru 170 ribu ton, sehingga sisanya diperoleh dari impor. (jpnn/awl)

Selasa, 17 April 2012

Napabale, Danau Indah Berair Asin Di Muna, Sulawesi Tenggara


Berkunjung ke Sulawesi Tenggara, terutama ke Kabupaten Muna, objek wisata yang bisa dikunjungi adalah Danau Napabale. Danau Napabale selain memiliki keindahan alam yang menakjubkan, juga memiliki kekhasan tersendiri, yaitu airnya yang asin. Air asin ini terjadi karena Danau Napabale terhubung dengan Laut Napabale melalui sebuah terowongal alam yang mengakibatkan air laut masuk ke dalam danau. Jadi, bukan sesuatu yang aneh ya, kalau air danaunya asin.
Pemandangan alam yang menakjubkan di sekitar Danau Napabale ini terutama karena posisinya yang berada di sekitar kaki bukit, sehingga pepohonan rindang yang ada di bukit membuat suasana menjadi sejuk dan rindang. Dari Kota Raha, Kabupaten Muna, perlu berkendara sekitar 15 kilometer menuju Desa Korihi.
Bagi masyarakat lokal, Danau Napabale menjadi lintasan mereka jika hendak menuju laut, melewati terowongan yang menghubungkannya. Dalam keadaan surut, tinggi air danau hanya sekitar 1,5 meter saja. Dalam keadaan pasang, bisa mencapai 5 meter. Di sekitar danau, banyak terdapat daun pandan muda tumbuh. Selain Danau Napabale, di Kabupaten Muna juga terdapat sebuah situs purbaberupa gua yang terdapat di atas bukit dan di dalamnya terdapat lukisan manusia purba. (Sumber gambar: IndonesianBeach)

LA ODE SIRAD, PELESTARI BAHASA MUNA


Oleh Yamin Indas
Tidak banyak orang yang mau bekerja gratis. Apalagi pada zaman serba materialistis seperti sekarang, kian banyak orang yang hanya berpikir akan mendapat apa jika dia berbuat sesuatu. Salah satu di antara orang langka itu adalah La Ode Sirad.
La Ode Sirad, yang akrab dipanggil Imbo, adalah putra keenam La Ode Dhika, Raja Muna kedua dari urutan terakhir. Imbo tak hanya peduli terhadap nasib masyarakat bawah yang tidak berdaya di depan hukum, tetapi dia juga prihatin pada kelangsungan bahasa daerah Muna.
Mantan pegawai Bank BNI itu lalu bercerita betapa orang-orang asal Muna yang sekarang tinggal di kota semakin jarang yang mau menggunakan bahasa daerah Muna, bahasa ibunya. Setidaknya itulah hasil pengamatannya.
Menurut Imbo, orang asal Muna berbeda dengan mereka yang berasal dari Buton atau Tolaki. Dua kelompok etnis tersebut dinilainya masih suka menggunakan bahasa daerah mereka meski dalam lingkungan resmi, seperti di kantor-kantor pemerintah. "Sebaliknya, di kantor Bupati Muna jarang terdengar orang bercakap-cakap dalam bahasa Muna," ujarnya.
Orang Muna adalah penduduk asli yang berdiam di Pulau Muna, pesisir Pulau Buton, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya, seperti Kadatua, Siompu, dan Talaga. Etnis Muna juga merupakan salah satu kelompok terbesar warga Kota Kendari. Secara administratif, mereka mendiami Kabupaten Muna dengan populasi 290.358 jiwa (2006), Kabupaten Buton, Kabupaten Bombana, dan Kota Kendari.
Merasa khawatir bahasa Muna bakal segera punah, Imbo berusaha melestarikan bahasa daerah itu. Cara yang dia lakukan adalah dengan menyusun kamus lengkap Bahasa Muna-Bahasa Indonesia.
Selama dua tahun terakhir ini dia berhasil menghimpun kosakata, derivasi, dan ungkapan dalam bahasa Muna sebanyak 13.000 entri."Naskahnya akan dirampungkan awal Januari 2008 ini sehingga kamus ini bisa dicetak secepatnya," kata Imbo.
Dalam membuat manuskrip kamus tersebut, pria berusia 67 tahun itu menggunakan Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua terbitan 1991 sebagai panduan. "Sebagai proses awal, kamus itu saya alihkan ke dalam bahasa Muna," ujar Imbo tentang teknis penulisan manuskrip kamus.
Prof Dr La Ode Sidu Marafad, anggota Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi pertama (1988), menyatakan sangat menghargai usaha Imbo melestarikan bahasa Muna dengan cara menyusun kamus.
"Kita salut pada semangat dan menghargai kepedulian Pak Imbo terhadap bahasa daerah Muna," ujar dosen Bahasa Indonesia pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Haluoleo Kendari itu.
Bagi Sidu, punahnya suatu bahasa daerah merupakan kecelakaan sejarah peradaban sebuah komunitas etnis. Sebab, kata dia, bahasa merupakan identitas dan budaya dasar manusia dari sebuah kelompok sosial atau etnis.
Biaya penerbitan
Secara teknis, penyusunan Kamus Bahasa Muna-Bahasa Indonesia yang dilakukan Imbo sudah rampung. Manuskripnya hanya tinggal diketik rapi, untuk selanjutnya dibawa ke percetakan.
Masalahnya, siapa yang mau membiayai penerbitan kamus bahasa daerah tersebut? Pemerintah Kabupaten Muna melalui Sekretaris Daerah La Ode Kilo menyatakan sanggup membantu membiayai penerbitan kamus bahasa daerah tersebut.
Pasalnya, kalau menunggu dari Imbo tak mungkin. Sudah lima tahun terakhir ia "pensiun" sebagai kontraktor proyek pemerintah berskala kecil dan sesekali berbisnis kayu jati sebelum hutan jati Muna habis dijarah.
Kecuali semangat dan idealisme yang masih berkobar-kobar, kehidupan Imbo kian meredup pada usianya kini. "Kami sekeluarga hidup dari tabungan yang sebagian juga digunakan untuk membiayai penyusunan kamus," katanya.
Bantuan hukum
Sebelum menekuni pembuatan kamus bahasa daerah, selama belasan tahun Imbo sempat berpraktik sebagai pemberi bantuan hukum tanpa dibayar oleh mereka yang berperkara di pengadilan. "Banyak yang mau kasih tanah atau kalung emas sebagai ucapan terima kasih, tetapi saya tolak. Secuil pengetahuan hukum yang saya miliki tidak diperoleh melalui bangku sekolah, hanya otodidak. Jadi, saya merasa kurang pantas untuk mengomersialkan ilmu tersebut," katanya beralasan.
Imbo memang bukan sarjana hukum. Namun, dia gemar membaca buku-buku hukum. Sebuah lemari buku di kamar kerjanya berisi buku-buku yang umumnya tentang hukum.
Salah satu koleksi buku Imbo adalah Hukum Pidana berisi kumpulan kuliah Prof Satochid Kartanegara SH dan pendapat-pendapat para ahli hukum terkemuka lainnya. Buku stensilan itu, cerita Imbo, merupakan pemberian pengacara Adnan Buyung Nasution. "Itu tanda mata dari Abang (Adnan Buyung Nasution) ketika saya bertandang ke rumahnya di Jakarta," tutur Imbo.
Sulitnya masyarakat menengah-bawah untuk mendapatkan rasa keadilan bila ingin menyelesaikan masalah melalui lembaga peradilan menjadi motivasi paling kuat bagi Imbo untuk belajar hukum secara otodidak. "Katanya kita negara hukum, tetapi mengapa rakyat kecil malah sering kali menjadi korban hukum?" ucap ayah empat anak itu menggugat.
Perkembangan dunia hukum di Indonesia memunculkan peluang bagi lulusan SMA Negeri 1 Kendari tahun 1969 itu untuk berperan membela rakyat kecil di pengadilan. Negara menyediakan advokat bagi warga yang tak mampu membayar pengacara menyusul berlakunya KUHAP (Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana) pada akhir 1981.
Karena di wilayah Pengadilan Negeri (PN) Raha, ibu kota Kabupaten Muna, belum ada pengacara yang berpraktik, Pengadilan Tinggi Sulawesi Tenggara diKendari membuka kesempatan kepada warga setempat untuk menjadi penasihat hukum.
Setelah mengikuti ujian seleksi calon pemberi bantuan hukum yang dilakukan PT Sultra, Imbo diberi izin praktik di PN Raha. Maka, jadilah dia seorang "pokrol bambu", pengacara tanpa gelar sarjana hukum. Dari negara, ia mendapat honor Rp 100.000 untuk setiap perkara yang ditangani.
Meski hanya seorang "pokrol bambu", ia mengaku banyak memenangi perkara warga yang dibelanya, termasuk gugatan praperadilan. Salah satu gugatan praperadilan yang dia anggap istimewa adalah kasus praperadilan terhadap Kepala Polres Muna pada tahun 1982. Kepala Polres Muna divonis bersalah oleh PN Raha karena menahan mobil bak terbuka milik seorang warga tanpa dasar hukum kuat.
Setelah ada ketentuan bahwa pengacara harus bergelar sarjana hukum, Imbo mengundurkan diri. "Saya masih dipertahankan Ketua PT Sultra karena hampir semua perkara yang saya tangani menang di pengadilan," ceritanya.
Perkara terakhir yang dia tangani adalah sengketa tanah (perdata) pada 1997. Ia menjadi penasihat hukum La Ode Kaimoeddin, Gubernur Sultra (waktu itu) yang juga kakaknya dari lain ibu. Raja Muna La Ode Dhika yang turun takhta tahun 1938 itu memiliki 11 istri dengan 27 anak.
Biodata
* Nama: La Ode Sirad
* Lahir: Raha, Kabupaten Muna,
         Sulawesi Tenggara, Agustus 1940
* Pendidikan:
  SMA Negeri 1 Kendari, 1969
* Istri: Rosiana Mustamu (54)
* Anak :
- Fajar Imbo SP (40)
- Hartini (38)
- Yesi Katrina (29)
- Sherly Amelia (26)
- Lita Apriani (25)
- Yane Louisa (18)
* Pencapaian:
- Presiden Direktur PD Soliwunto,
  Badan Usaha Milik Daerah
  Kabupaten Muna, pada 1970-an
- Anggota DPRD Muna periode
  1982-1987
- Memberi bantuan hukum mulai
  sekitar 1981-1997
(Sumber : KOMPAS)

Kamus Bahasa Muna Segera Terbit


RAHA, KE - Ingin belajar Bahasa Muna secara paripurna? Selain belajar lisan, mungkin kamus yang satu ini bisa menjawab semua itu. Kosa kata yang berhasil dimuat kamus ini mencapai 15.000. Kamus ini dibuat La Ode Sirad Imbo, seorang tokoh masyarakat Muna. Lima tahun ia membuat kamus pertama bahasa Muna yang bisa dibilang paling lengkap. Dalam waktu dekat, kamus itu akan di launcing.

"Paling lambat, dua pekan depan, kamus akan sampai ke Muna. Tahap awal, pihak percetakan akan mencetak sekitar 2.000 buku," kata Sirad, Senin (5/3). Kelebihan kamus terletak pada kosa kata. Ribuan bahasa Muna yang tidak didapatkan dalam percakapan sehari-hari, bisa diperoleh dalam kamus ini.

Meski belum resmi diedarkan, buku ini mulai banjir pesanan. Bahkan Unesco--sebuah badan dunia bidang kebudayaan, terutama soal pelestarian budaya bahasa dunia--mulai tertarik dengan kamus itu.

Unesco, menurut Sirad, akan membeli hak paten kamus itu. Dikabarkan, akan ditranslate ke enam bahasa dunia yakni Inggris, Prancis, Jerman, Belanda, Jepang, dan Korea atau China. "China dan Korea masih tanda tanya. Tapi, dua negara itu, juga berminat menerjemahkan kamus ini. Unesco akan mencetak sekitar 200 ribu eksemplar dan dijual ke enam negara itu," jelas Sirad.

Kamus terbitan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unhalu itu terdiri dari 800 halaman. Menurut Sirad, sangat tidak mudah mengumpulkan 15 ribu kata lalu dihimpun dalam sebuah buku. Mengumpulkan kata demi kata itu, Sirad mengaku punya cara tersendiri.

"Saya ambil semua kata dalam kamus bahasa Indonesia, lalu saya terjemahkan dalam bahasa Muna. Jika ada kata baru yang tidak ada artinya dalam bahasa Muna, maka saya cari penjelasan di  enslikopedia. Saya simpulkan, lalu cantumkan bahasa Muna. Contoh, pariwara dan pariwisata. Dua kata ini tak ada dalam bahasa Muna. Pariwara =Parimbona atau Rindowala. Sementara Pariwisata = Mpaliligi. Itu contoh dua kata. Masih banyak lagi kata lain yang baru muncul belakangan. Semua bisa diperoleh dalam kamus ini," tambahnya. (r3/b/iis)

Mengingat Lagi Wallacea....

Museum Wallacea.

KENDARI, KOMPAS.com - Seiring dengan kecenderungan perubahan global, perubahan habitat karena aktifitas manusia, ancaman kepunahan spesies dan mimpi buruk pergeseran nilai-nilai sosial, Universitas Haluoleo (Unhalu) dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) membangun Museum Wallacea. Pembangunan museum ini dimaksudkan untuk mengawetkan berbagai kehidupan dan kebudayaan dalam suatu wadah yang dikemas secara unik, dengan penuh nilai-nilai keilmuan dan sosial.
"Maka, museum ini dimaksudkan untuk mendokumentasikan berbagai macam keanekaraganan kehidupan alam dan kebudayaan di sepanjang Garis Wallacea, serta mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhinya.
-- Muzuni
Kepala Museum Wallacea, Muzuni, di Kendari, Sulawesi Tenggara, mengatakan pada masanya nanti Museum Wallacea dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat umum, ilmuwan dan profesional tentang kehidupan masyarakat dan kekayaan air di kawasan Garis Wallacea.
Wallacea atau sebuah wilayah yang terletak di antara dua benua, yakni Asia dan Australia, dikenal memiliki tingkat endemisitas tinggi dalam hal flora dan fauna, maupun sosial ekonomi dan budaya masyarakat. Keunikan serta keanekaragaman hayati dan budaya yang ditemukan di Garis Wallacea menjadikan kawasan ini sangat menarik dikunjungi, termasuk lokasi ideal untuk melakukan penelitian.
Garis Wallacea diambil dari nama seorang Inggris, Alfred Russel Wallacea, yang memberikan hipotesa mengenai Wallacea saat dia berkunjung ke Hindia Timur pada awal abad-19 silam. Ia mengemukakan, Sulawesi merupakan pulau yang terletak tepat di tengah-tengah kawasan Wallacea. Diperkirakan, kawasan Wallacea melintasi kepulauan Melayu, antara Kalimantan dan Sulawesi, antara Bali (di Barat), dan Lombok (di timur), hingga kepulauan Raja Ampat di Papua.
"Maka, museum ini dimaksudkan untuk mendokumentasikan berbagai macam keanekaraganan kehidupan alam dan kebudayaan di sepanjang Garis Wallacea, serta mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhinya," kata Muzuni, di Kendari, Sulawesi Tenggara, Jumat (6/4/2012).
Museum Wallacea menampilkan 230 foto dokumentasi kehidupan bawah laut kawasan ini. Museum ini nantinya juga dapat digunakan sebagai "markas besar" para ilmuwan berbagai bidang keilmuan, baik dari internal Unhalu, skala nasional, maupun Internasional.
Kepala Pusat Perikanan Kelautan Pesisir dan Pulau Kecil Museum Wallacea Unhalu, Baru Sadarun, mengatakan, kawasan Garis Wallacea memiliki kehidupan bawah laut sangat kaya. Kawasan ini merupakan titik konsentrasi terumbu karang di dunia. Sedikitnya, kata dia, lebih dari 500 jenis terumbu karang hidup di kawasan tersebut.
"Tidak hanya kuning, di sini ada juga sponge berwarna merah, padahal dalam film kartun spongeberwarna kuning," kata Sadarun.
Di museum ini juga dipajang beragam jenis terumbu karang, seperti Ctenactis Sp, Fungia Sp, Glaxea Sp, Platygyra Sp, dan Hydhopora Sp. Selain itu, banyak juga kerangka hewan khas kawasan ini, salah satunya adalah Anoa.
Seperti diberitakan, Museum Wallacea baru saja diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh, Kamis (5/4/2012). Dengan mengambil lokasi di lantai 4 gedung Pascasarjana Unhalu, museum itu diharapkan mampu menjadi pionir dalam melestarikan dan dokumentasi kekayaan alam serta budaya nasional.

Mendikbud Kunjungi Unhalu

KOMPAS IMAGES/DHONI SETIAWAN Muhammad Nuh
KENDARI, KOMPAS.com - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh hari ini mengunjungi Universitas Haluoleo (Unhalu), Kendari, Sulawesi Tenggara, Jumat (5/4/2012). Dijadwalkan, dalam kesempatan ini Mendikbud akan melakukan serangkaian kegiatan seperti peresmian gedung Pascasarjana dan Museum Wallace Unhalu.
Sebagai informasi, Unhalu memiliki dua gedung kampus yang berbeda lokasinya. Saat ini, Mendikbud mengunjungi kampus lama Unhalu yang kemudian diubah dan kembali dibuka untuk program Pascasarjana.
Awalnya, gedung Pascasarjana Unhalu ditempati oleh Fakultas Teknik Unhalu. Akan tetapi, pada 2009 Fakultas Teknik Unhalu direlokasi ke kampus baru yang letaknya sekitar 5-7 kilometer dari kampus lama. Alasannya, karena kampus lama diproyeksikan untuk program Pascasarjana. Sedangkan museum Wallace merupakan tempat diabadikannya sejarah budaya dan hasil bumi dari Sulawesi Tenggara. Mulai dari sejarah nasional, sosial ekonomi, sampai hasil bumi kebanggaan masyarakat Sulawesi Tenggara, seperti nikel, emas, aspal dan lain sebagainya.
Sebagai informasi, setelah selesai mengunjungi Unhalu, sore nanti Mendikbud akan langsung bertolak ke Makasar. Rencananya, pada esok hari Nuh akan mengunjungi Universitas Hasanudin (Unhas) untuk meresmikan rumah sakit pendidikan Unhas.

Mendikbud: Jadikan Unhalu Pusat Iptek dan Budaya


KENDARI, suaramerdeka.com - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh mengharapkan Universitas Haluoleo (Unhalu) menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta budaya. Hal tersebut diungkapkan Mendikbud ketika meresmikan gedung pascasarjana Unhalu dan pembukaan Museum Wallacea, di Kendari, Jumat (6/4).
"Jadikan Unhalu ini sebagai pusat pengembangan iptek dan budaya", kata Mendikbud.
Mendikbud juga mengapresiasi prestasi dosen dan mahasiwa Unhalu antara lain berupa buku-buku ilmiah yang ditulis dosen-dosen serta keberhasilan menjadi juara pertama lomba jurnal ilmiah di Eropa.
M Nuh mengharapkan seluruh civitas akademika Unhalu mengeksplorasi potensi yang dimilikinya agar bermanfaat bagi masyarakat.
Pada kesempatan tersebut, Rektor Unhalu, Usman Rianse menyatakan bahwa kampusnya terus berbenah diri di usianya yang ke-30.
"Pembenahan meliputi akademik dan sarana prasarana, termasuk gedung pascasarjana ini." Kata Rektor Unhalu. Rektor mengaku siap mengembangkan iptek dan budaya di kampusnya.
Dalam kesempatan yang sama Gubernur Sulawesi Tenggara, Nur Alam, menyambut gembira adanya gedung pascasarjana yang baru. Gubernur Nur Alam berharap mutu pendidikan di daerahnya terus meningkat. "Peran serta Unhalu sangat diharapkan" kata Nur Alam yang juga alumni Unhalu ini.
( Rifki / CN34 / JBSM


http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2012/04/07/114767/Mendikbud-Jadikan-Unhalu-Pusat-Iptek-dan-Budaya

Museum Wallacea Terima Alat Musik dari Mendikbud

REPUBLIKA.CO.ID, KENDARI - Koleksi Museum Wallacea di Universitas Haluoleo Kendari, Sulawesi Tenggara bertambah satu lagi. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh menyumbangkan satu set alat musik tradisional gambus ke museum tersebut.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menyerahkan alat musik tradisional gambus bersama dengan peluncuran museum Wallacea saat peresmian gedung pascasarjana Universitas Haluoleo di Kendari, Jumat (6/4).

Gambus adalah salah satu jenis hiburan turun temurun masyarakat Kabupaten Muna, Sultra, dengan ciri khas dipetik kemudian diiringi lagu daerah setempat. "Keyakinan saya bahwa Sultra kaya budaya dan seni tidak salah. Buktinya lauching Wallacea Unhalu mendapat sumbangan alat musik tradisional gambus," kata Menteri Mohammad Nuh.

Pembina kelompok musik gambus Kabupaten Muna, Laode Katamu mengharapkan sumbangan alat musik tradisional tersebut dapat dimanfaatkan pengelola Wallacea Unhalu. "Selain sebagai koleksi budaya juga alat musik gambus dapat dimanfaatkan sebagai hiburan. Artinya dapat berfungsi ganda," kata Laode Katamu.


http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/04/06/m2281t-museum-wallacea-terima-alat-musik-dari-mendikbud

Mendikbud resmikan Museum Wallacea Unhalu

Kendari (ANTARA News) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Mohammad Nuh, meresmikan Museum Wallacea di Universitas Haluoleo (Unhalu) Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), Jumat.

Museum Wallacea akan menjadi ciri khas karena baru pertama berdiri di Indonesia dan diharapkan menjadi kebanggaan bagi masyarakat Sultra, kata Mohammad Nuh di Kendari.

"Manfaatkan seoptimal mungkin museum Wallacea Unhalu sebagai sarana penelitian tentang flora dan fauna di garis Wallacea," ujarnya.

Mendikbud ikut menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) pengembangan museum Wallacea antara Unhalu dengan beberapa universitas yang ada di provinsi yang masuk dalam garis Wallacea.

Universitas yang melakukan Mou adalah Universitas Negeri Gorontalo, Universitas Nusa Cendana Kupang dan ISI Surakarta. Juga Unhalu mengikat kerjasama dengan pemerintah kabupaten/kota se-Sultra.

Kepala Museum Wallacea, Muzuni, mengatakan bahwa Museum Wallacea akan menampilkan seluruh keragaman flora dan fauna yang ada di daerah garis Wallacea.

"Untuk sementara, kami sudah memiliki beberapa koleksi foto-foto flora dan fauna Wallacea, selanjutnya kami akan buat dalam bentuk suspensi dan miniaturnya," katanya.

Menurut dia, Museum Wallacea juga akan menjadi museum budaya bagi daerah-daerah atau etnis beberapa daerah yang ada digaris Wallacea. Menteri Pendidikan didampingi Rektor Unhalu, Prof Usman Rianse, Gubernur Sultra, Nur Alam memukul gong menandai peresmian gedung pascasarjana Unhalu.

Gedung utama Program Pascasarjana Unhalu dibawah pimpinan Prof La Rianda dibangun empat lantai dan didukung dua gedung perkuliahan menelan biaya Rp26,3 miliar.

"Pascasarjana Unhalu masih membutuhkan sarana pendukung dan mengharapkan bantuan dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan," kata Rektor Usman Rianse.

Pada abad ke-19, dalam catatan Wikipedia bahasa Indonesia (http://id.wikipedia.org/wiki/Fauna_Indonesia), Alfred Russel Wallace mengusulkan ide tentang Garis Wallace, yang merupakan suatu garis imajiner yang membagi kepulauan Indonesia ke dalam dua daerah, daerah zoogeografis Asia dan daerah zoogeografis Australasia (Wallacea).

Garis tersebut ditarik melalui kepulauan Melayu, di antara Kalimantan (Borneo) dan Sulawesi (Celebes); dan di antara Bali dan Lombok. Walaupun jarak antara Bali dan Lombok relatif pendek, sekitar 35 kilometer, distribusi fauna di sini sangat dipengaruhi oleh garis ini. Sebagai contoh, sekelompok burung tidak akan mau menyeberang laut terbuka walaupun jaraknya pendek.
(T.S032/Rw.P003)
Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © 2012

Mendikbud Resmikan Museum Wallacea di Kendari

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh saat meresmikan Museum Wallacea Universitas Haluoleo (Unhalu), di dampingi Rektor Unhalu, Usman Rianse, di Unhalu, Kendari, Sulawesi Tenggara.

KENDARI, KOMPAS.com - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh meresmikan museum Wallacea Universitas Haluoleo (Unhalu), Jumat (5/4/2012), di Kendari, Sulawesi Tenggara.
Tak hanya meresmikan, Nuh juga menyambut baik kelahiran museum tersebut dan berharap dapat menjadi contoh bagi perguruan tinggi lain sebagai wadah untuk melestarikan kekayaan nasional.
"Lahirnya museum ini merupakan pernikahan budaya. Antara warisan kekayaan budata Sulawesi Tenggara dengan anak Indonesia. Saya mewakili orang tua, wali nikah penerima akad nikah itu," kata Nuh saat meresmikan museum Wallacea.
Sementara itu, Rektor Unhalu, Usman Rianse menjelaskan, museum Wallacea, yang digagas bersama seluruh pusat studi Unhalu diharapkan dapat menjadi basis peningkatan ilmu pengetahuan tentang keanekaragaman hayati dan budaya, khususnya di lingkungan Unhalu.
Dijelaskannya, selain melestarikan keanekaragaman kebudayaan Sulawesi, museum Wallacea juga menjadi tempat diabadikannya jurnal-jurnal ilmiah dan merupakan tempat dilestarikannya keanekaragaman organisme air, darat, dan mikroorganisme di sekitar kawasan Sulawesi sampai kepulauan Raja Ampat, Papua.
"Semoga museum ini kelak dapat memberikan banyak pelajaran dan mendorong semangat meneliti untuk menghadapi tantangan global," ujarnya.
Sebagai informasi, Museum Wallacea berada di lantai empat gedung Pascasarjana Unhalu. Gedung Pascasarjana itu sendiri baru saja diresmikan oleh Mendikbud, Mohammad Nuh, bersamaan dengan diresmikannya Museum Wallacea.
http://edukasi.kompas.com/read/2012/04/06/18152551/Mendikbud.Resmikan.Museum.Wallacea.di.Kendari