Senin, 28 Mei 2012

La Ode Muhammad Djafar Dinobatkan Sultan Buton


KENDARINEWS.COM - Baubau, Setelah cukup lama vakum, sekitar 52 tahun, sejak Sultan Buthuuni yang ke-38, La Ode Muhammad Falihi pada tahun 1960, maka rencananya Jumat (25/5)  besok, di Baruga Keraton Kesultanan Buton, Kota Baubau, akan dinobatkan H. La Ode Muhammad Djafar SH sebagai Sultan Buton.
Salah seorang perangkat Kesultanan Buton, Drs Sirajuddin Anda yang menjabat sebagai Bonto Ogena Sukanaeyo mengatakan, penobatan Sultan Buton dalam ritual adat yang dilaksanakan  di Baruga depan masjid Agung Keraton pada hari Jumat (25/5) mendatang merupakan kelanjutan dari proses terdahulu yaitu proses penjaringan pemilihan calon Sultan. "Mulai dari  proses tahapan penjaringan calon sultan melalui kambojae, sesudah kambojae di bawa ke Bonto Ogena untuk mendapatkan kesepakatan.  Dan dalam proses selanjutnya ditindaklanjuti dalam bentuk prosesi adat yang dimulai dengan yang berlaku selama ini yaitu melalui fali,” jelasnya.
   
Fali merupakan salah satu proses penentuan dari pada calon Sultan berdasarkan keyakinan keagamaan untuk mendapatkan berkah dari Allah SWT. “ Melalui acara yang kita lakukan di Baruga Keraton ini yaitu pada acara yang terakhir kita lakukan sukanaya pau (pengumuman sultan terpilih) berdasarkan proses penjaringan secara lahiriah dan  terakhir penelitian terhadap siapa yang layak untuk mendapatkan berkah dan petunjuk dari Allah SWT yang dilakukan pada malam Jumat di masjid Agung keraton,” terangnya.
   
Dijelaskan, pada tanggal 25 Mei 2012  adalah hari yang telah kita sepakati untuk penobatan Sultan di Baruga. Malamnya dilanjutkan dengan acara ramah tamah dan pada pukul 24.00 dilanjutkan acara pemberian pemberitahuan kepada Sultan terkait  kapasitasnya sebagai sultan dan perannya yang akan dilakukan kelak.
   
Dari proses penjaringan hingga terpilihnya sultan memakan waktu 120 hari, hal tersebut mempunyai makna tersendiri.
   
Ketua Panitia Penobatan Sultan Buton, La Ode Ahmad Monianse, menguraikan, Kerajaan Buthuuni (Buton) adalah kerajaan yang berdaulat sejak abad ke-13, dan kemudian mengubah status pemerintahannya menjadi Kesultanan Buthuuni pada 1 Ramadhan 948 hijriyah (1540 masehi), ketika itu agama Islam resmi menjadi agama kesultanan.
   
“Kesultanan Buthuuni telah menetapakan sistem pemerintahan yang modern, struktur pemerintahan yang lengkap dengan mencakup segala bidang, pembagian wilayah antara pusat dan daerah dengan masing-masing memiliki kedaulatan sendiri-sendiri selama 7 abad. Namun pada akhirnya, Sultan Buton ke-37, La Ode Muhammad Falihi mangkat tahun 1960, dan sejak itu Kesultanan kekosongan pucuk pemimpin,” jelasnya.
   
Akhirnya, kata Monianse,  pada tanggal 12 Pebruari 2011 tahun lalu, tokoh adat dan budaya se-Kesultanan Buthuuni menggagas pertemuan di Baruga Keraton Buthuuni dengan menghasilkan kesepakatan bersama, yakni membentuk kembali perangkat Kesultanan Buthuuni dan nama Lembaga Adat Kesultanan Buton yang diawali dengan pembentukan Siolimbona.
   
Sejumlah pejabat penting negara telah mengkonfirmasikan kesediaannya untuk hadir dalam penobatan Sultan Buton, H.La Ode Muhammad Djafar SH, 25 Mei 2012 di Keraton Kesultanan Buton, Kota Baubau, SulawesiTenggara. Pejabat tersebut diantaranya, Menko Kesra, Agung Laksono, Wamen Pendidikan dan Kebudayaan, Wakil Ketua DPD-RI La Ode Ida, mantan Presiden RI Megawati Soekarnoputri dan Puan Maharani.
   
Selain pejabat negara, juga dua Sultan telah menyatakan kesediaannya untuk hadir, yaitu Sultan Palembang Darussalam, Iskandar Mahmud Badaruddin, dan Sri Sultan Ternate, Mudafar Sjah. Kehadiran Sultan Palembang Darussalam, posisinya sebagai ketua persatuan kerajaan/kesultanan nusantara, sementara untuk Sultan Ternate yakni alasan emosional, dan hubungan kekerabatan, serta sejarah panjang diantara kedua kesultanan tersebut.(sam)

KENDARI POS

RUMAH BUDAYA SULAWESI TENGGARA


Anjungan atau bangunan induk anjungan mengambil bentuk Istana Sultan Buton (disebut Malige) yang megah. Meskipun didirikan hanya dengan saling mengait, tanpa tali pengikat ataupun paku, bangunan ini dapat berdiri dengan dengan kokoh dan megah diatas sandi yang menjadi landasan dasarnya. Patung dua ekor kuda jantan yan sedang bertarung, pelengkap bangunan, menggambarkan tradisi mengadu kuda dari Pulau Muna yang digemari masyarakat Sulawesi Tenggara
Di Taman Mini Indonesia Indah, anjungan Sulawesi Tenggara terletak di sebelah tenggara arsipel, bersebelahan dengan anjungan Sulawesi Selatan serta berhadapan dengan istana anak-anak Indonesia. Dalam memperkenalkan daerahnya propinsi Sulawesi Tenggara menampilkan bangunan induk yang merupaka tiruan dari istana raja Buton yang disebut Malige.
Bangunan ini sengaja ditampilkan karena bangunan yang asli masih ada di pulau Buton serta merupakan satu peninggalan budaya yang bersejarah. Di halaman anjungan dilengkapi dengan patung-patung orang berpakaian adat antara lain dari daerah Buton, Muna, Kendari dan Koloka. Juga patung 2 ekor kuda jantan yang sedang berlaga, memperebutkan kuda betina. Adegan in menggambarkan Pogerano Ajara, jenis aduan kuda khas Sulawesi Tenggara, dan merupakan permainan raja-raja. Selain Anoa, Rusa dan lain-lain.
Rumah adat Buton atau Buton merupakan bangunan di atas tiang, dan seluruhnya dari bahan kayu. Banguanannya terdiri dari empat tingkat atau empat lantai. Ruang lantai pertama lebih luas dari lantai kedua. Sedangkan lantai keempat lebih besar dari lantai ketiga, jadi makin keatas makin kecil atau sempit ruangannya, tapi di lantai keempat sedikit lebih melebar.
Seluruh bangunan tanpa memakai paku dalam pembuatannya, melainkan memakai pasak atau paku kayu. Tiang-tiang depan terdiri dari 5 buah yang berjajar ke belakang sampai delapan deret, hingga jumlah seluruhnya adalah 40 buah tiang. Tiang tengah menjulang ke atas dan merupakan tiang utama disebut Tutumbu yang artinya tumbuh terus. Tiang-tiang ini terbuat dari kayu wala da semuanya bersegi empat. Untuk rumah rakyat biasa, tiangnya berbentuk bulat. Biasanya tiang-tiang ini puncaknya terpotong.
Dengan melihat jumlah tiang sampingnya dapat diketahui siapa atau apa kedudukan si pemilik. Rumah adat yang mempunyai tiang samping 4 buah berarti rumah tersebut terdiri dari 3 petak merupakan rumah rakyat biasa. Rumah adat bertiang samping 6 buah akan mempunyai 5 petak atau ruangan, rumah ini biasanya dimiliki oleh pegawai Sultan atau rumah anggota adat kesultanan Buton. Sedangkan rumah adat yang mempunyai tiang samping 8 buah berarti rumah tersebut mempunyai 7 ruangan dan ini khusus untuk rumah Sultan Buton.
Adapun susunan ruangan dalam istana ini adalah sebagai berikut:
1 Lantai pertama terdiri dari 7 petak atau ruangan, ruangan pertama dan kedua berfungsi sebgai tempat menerima tamu atau ruang sidang anggota Hadat Kerajaan Buton. Ruangan ketiga dibagi dua, yang sebelah kiri dipakai untuk kamar tidur tamu, dan sebelah kanan sebagai ruang makan tamu. Ruangan keempat juga dibagi dua, berfungsi sebgai kamar anak-anak Sultan yang sudah menikah. Ruang kelima sebgai kamar makan Sultan, atau kamar tamu bagian dalam, sedangkan ruangan keenam dan ketujuh dari kiri ke kanan diperguakan sebagai makar anak perempouan Sultan yang sudah dewasa, kamar Sultan dan kamar anak laki-laki Sultan yang dewasa.
Di anjungan Sulawesi Tenggara, lantai pertama ini konstruksi atau susunan ruangan sudah diubah sesuai dengan keperluan, sebagi pameran dan peragaan aspek kebudayaan daerahnya. Di sini dipamerkan pakaian kebesaran tradisional raja Kendari beserta permaisurinya, juga pakaian kebesaran raja Muna,panglima perang atau Kapitalao, menteri besar atau Banto Balano dan Pasi yakni petugas pengurus benda pusaka kerajaan. Semuanya dipamerkan dengan bentuk boneka berpakaian tradisional tersebut. Di ruanga inipun dioamerkan berbagai jenis hasil kerajiana perak Kendari, kerajinan anyaman-anyaman, tenunan serta benda-benda pusaka, beberapa goci dan berbagai binatang yang telah diawetkan seperti penyu, burung Meleo, penyu bersisik, biawak, enggang dan lain-lain.
2 Lantai kedua dibagi menjadi 14 buah kamar, yaitu 7 kamar di sisi sebelah kanan dan 7 kamar di sisi sebelah kiri. Tiap kamar mempunyai tangga sendiri-sendiri hingga terdapat 7 tangga di sebelah kiri dan 7 tangga sebelah kanan, seluruhnya 14 buah tangga. Fungsi kamar-kamar tersebut adalah untuk tamu keluarga, sebagai kantor, dan sebagai gudang. Kamar besar yang letaknya di sebelah depan sebagai kamar tinggal keluarga Sultan, sedangkan yang lebih besar lagi sebagai Aula.
3 Lantai ketiga berfungsi sebagai tempat rekreasi
4 Lantai keempat berfungsi sebagai tempat penjemuran. Disamping kamar bangunan Malige terdapat sebuah banguan seperti rumah panggung mecil, yang dipergunakan sebagai dapur, yang dihubungakan dengan satu gang di atas tiang pula. Di anjungan bangunan ini di[pergunakan sebagai kantor anjungan. Pada bangunan Malige terdapat 2 macam hiasan, yaitu ukira naga yang terdapat di atas bubungan rumah, serta ukiran buah nenas yang tergantung pada papan lis atap, dan dibawah kamar-kamar sisi depan. Adapun kedua hiasan tersebut mengandunga makna yang sangat dalam, yakni ukiran naga merupakan lambang kebesaran kerajaan Buton.
Sedangkan ukiran buah nenas, dalam tangkai nenas itu hanya tumbuh sebuah nenas saja, melambangkan bahwa hanya ada satu Sultan di dalam kerajaan Buton. Bunga nenas bermahkota, berarti bahwa yang berhak untuk dipayungi dengan payung kerajaan hanya Sultan Buton saja. Nenas merupakan buah berbiji, tetapi bibit nenas tidak tumbuh dari bibit itu, melainkan dari rumpunya timbul tunas baru. ini berarti bahwa kesultanan Buton bukan sebagai pusaka anak beranak yang dapat diwariskan kepada anaknya sendiri. Falsafah nenas in dilambangakan sebagai kesultanan Buton, dan Malige Buton mirip rongga manusia. Anjugan daerah Sulawesi Tenggara dibangun sejak tahun 1973 dan diresmikan pengggunaannya pada tahun 1975.
Bertindak sebagai perancang terutama pada bangunan induknya adalah orang-orang adat dari bekas kesultanan Buton. Pada halaman anjungan terdapat arena pertunjukan dengan latar belakang relief, yang menggambarkan kebudayaan di Sulawesi Tenggara. Di arena inilah pada hari Minggu atau hari libur dipagelarkan kesenian tradisional seperti tari-tarian antara lain tari Kalegoa, tari Lariangi, tari Balumpa, tari Malulo dan lain-lain. Jenis tarian terakhir merupakan tarian pergaulan yang ditarikan dengan membentuk suatu lingkaran, bila besarnya lingkaran telah mencapai lebar arena, dibentuk lagi lingkaran baru di dalamnya, begitu seterusnya sehingga membentuk lingkaran yang berlapis-lapis karena semakin banyak orang yang melibatkan diri ikut menari tarian Malulo ini.
Selain itu juga ditampilkan musik lagu-lagu daerah, dan diwaktu-waktu tertentu dipamerkan makanan-makanan khas daerah Sulawesi Tenggara ataupun karnaval tradisional. Anjungan daerah Sulawesi Tenggara telah menerima kunjungan tamu negara pada tanggal 1 Mei 1983 yakni istri P.M Jepang, Ny. Tautako Nakasone dan pada tanggal 10 November 1984 berkunjung pula istri P.M. Thailand, Ny. Virat Chomanan-
(TMII)

Jumat, 25 Mei 2012

Sultra Iming-imingi Bonus Atlet PON


Kendari - Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) Nur Alam mengiming-imingi bonus bagi atlet peraih medali pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII Riau 2012. Namun Gubernur Sultra yang juga Ketua Umum KONI belum merinci besaran bonus yang dimaksudkan sebagai perangsang atlet dan pelatih menghadapi perhelatan akbar empat tahunan tersebut.

"Pemerintah dan KONI memastikan adanya penghargaan berupa bonus bagi atlet yang sukses menyumbangkan medali emas, perak maupun perunggu pada PON XVIII," kata Nur Alam saat memimpin rapat persiapan pelatda di Kendari, Senin (21/5).
"Pada PON XVII 2008 silam dialokasikan bonus bagi peraih medali emas sebesar Rp70 juta. Besarannya tidak jauh berbeda dengan bonus yang lalu," katanya sembari tersenyum.

Ia mengimbau atlet, pelatih dan semua pihak yang terlibat dalam persiapan menghadapi PON agar menjaga kekompakan dan saling memaklumi sehingga semua berjalan lancar dan tujuan yang dicita-citakan tercapai.

"Daerah kita berbeda dengan daerah lain. Pembiayaan olahraga masih tergantung kepada pemerintah sementara daerah lain sudah melibatkan pihak ketiga," katanya.

Oleh karena itu, kekurangan yang dihadapi dijadikan motivasi untuk mencari jalan keluar, bukan justru menyurutkan semangat sebelum bertanding.

Sekretaris PODSI Sultra Arifin L Godo mengatakan bonus adalah perasang atlet dan pelatih dalam berlatih.

"Lebih dini disampaikan besaran bonus bagi peraih medali emas, perak dan perunggu lebih baik. Artinya, janji bonus tidak berarti apa-apa kalau sudah diarena pertandingan.

Pada PON XVIII Riau 2012 Sultra meloloskan 15 cabang olahraga dengan kekuatan 133 atlet dan menargetkan 10 medali emas. [EL, Ant]


http://www.gatra.com/olahraga/34-olahraga/12864-sultra-iming-imingi-bonus-atlet-pon

Kamis, 24 Mei 2012

Pulau Indo, Kabupaten Muna

Kabupten Muna mempunya banyak tempat tempat wisata, diantaranya tempat rekreasi yang paling menarik Pulau Indo yang berada di Kecamatan Tikep banyak jalur untuk menempuh tempat rekreasi ini seperti Melalui Kec. Napabalano (Tampo), Kec. Kusambi (Tanjung Pinang, Lakawoghe), Kec. Napano Kusambi (Latawe), dan Jalur Tikep lewat Tondasi. Objek Wisata Bahari Pulau Indo di bangun pada tahun 2006 oleh Dinas Kelautan dan Perikanan.
Objek Wisata ini menawarkan hamparan pasir putih yang begitu luas bila pada saat air surut. dan bila air pasang bangunan tempat untuk peristrahatan seperti rumah² atau yang biasa di sebut gazebo berada diatas air jadi tempatnya terapung membuat kita terasa sejuk berada di tempat ini, seperti pada gambar berikut
Objek Wisata Bahari Pulau Indo ini mempunyai kemiripan dengan Objek Wisata Pantai Seleb Dunia.
Akses Tempat
Dari Kota Raha kita bisa melalui Jalur Tampo (Napabalano), Tondasi (Tikep), Tanjung Pinang, Lakawoghe (Kusambi). Disini saya mengambil jalur Kusambi karena waktu tempu dari kota raha karena jarak Pusat Ibu kota (Raha) dengan Desa Tanjung Pinang (Kusambi) kurang lebih 30Km dengan jarak tempuh 1 jam perjalanan dan dari Tanjung Pinang kita naik Perahu Sampan, Katinting dengan jarak tempuh 30 menit – 1 jam. Dan untuk Jaringan Telepon Seluler yang ada di Pulau Indo adalah Telkomsel dan Indosat.

Rabu, 23 Mei 2012

Pulau Hoga, Kecantikan Sempurna dari Sulawesi Tenggara

Pohon kelapa dan pasir putih khas Pulau Hoga (arya sadhewa/dTraveler)

Mari selami keindahannya (Oke Hastiawan/ACI)

Terumbu karang yang cantik 

(Oke Hastiawan/ACI)

Penginapan di Pulau Hoga (Terryna Padmi Tunjungsari /ACI)

Senja di Pulau Hoga (Kak Nunuk/ACI)

Namanya mungkin kurang terkenal dari Bunaken atau Raja Ampat. Akan tetapi, Pulau Hoga yang berada di Wakatobi, Sulawesi Tenggara ini memiliki pesona bagi para penyelam. Kecantikan lautnya sungguh sempurna.

Wakatobi merupakan surga penyelam yang terletak di Sulawesi Tenggara. Salah satu dari 29 titik penyelaman di Wakatobi adalah Pulau Hoga. Pulau ini memiliki kekayaan biota bawah laut dan juga keindahan pantai. Saat berkunjung ke Wakatobi, yang dapat ditempuh dengan penerbangan melalui Wangi-wangi, sempatkanlah mengunjungi Pulau Hoga.


Dari situs resmi pariwisata Indonesia yang dikunjungi detikTravel, Senin (21/5/2012), Pulau Hoga memiliki luas sekitar 1,3 juta hektar dan merupakan gabungan dari beberapa pulau. Pulau ini mempunyai 750 spesies koral dari sekitar 850 yang ada di dunia. 

Saat menyelam, Anda akan bertemu 83 jenis ikan berwarna-warni yang cantik. Beberapa jenis ikan yang dapat Anda temui di sana seperti takhasang, pogo-pogo, napoleon, baronang, dan masih banyak lagi. Tak heran tempat ini menjadi favorit bagi para penyelam.

Pantainya pun memiliki pesona yang menggoda. Sepanjang mata memandang, hamparan pasir putih menyelimuti pantai di Pulau Hoga. Dengan daratan yang ditumbuhi pohon kelapa dan lambaian angin laut, tidak sedikit wisatawan yang menghabiskan waktunya untuk bersantai di pantai.

Untuk penginapan, di Pulau Hoga terdapat beberapa penginapan yang nyaman dan memadai. Penginapan-penginapan di sini memiliki kisaran harga Rp 200.000-300.000 per harinya. Kebanyakan, penginapannya terbuat dari kayu dan tanpa AC atau pun kipas. Hal ini pun akan membuat Anda lebih syahdu dalam menikmati tiap detik di Pulau Hoga. Selain itu, di Pulau Hoga juga terdapat dive center untuk Anda yang ingin menyelam.

Tidak hanya wisatawan lokal, banyak wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Pulau Hoga. Keindahan bawah lautnya akan membuat Anda takjub dengan terumbu karang dan ikan laut yang berwarna-warni.


sumber : http://travel.detik.com/read/2012/05/21/165536/1921075/1025/5/pulau-hoga-kecantikan-sempurna-dari-sulawesi-tenggara